Jumat, 02 Oktober 2009


ULAR MAMPU DETEKSI GEMPA

Kapan dan dimana Gempa Bumi akan terjadi? Tidak seorangpun tahu, para ahli pun hingga kini belum menemukan alat pendeteksi kapan dan dimana gempa akan terjadi. Hingga kini yang ada cuma Seismograf. Alat inipun berfungsi untuk mendeteksi dan mengukur waktu, titik pusat, radius, kekuatan dan kerusakan akibat gempa. Kemajuan lain yang dicapai para ahli adalah menciptakan teknologi komunikasi berbasis satelit. Dengan alat ini, akan dipotret kerusakan bumi akibat gempa dan akan menyebarluaskan dalam sekejap mata ke seluruh bumi. Dengan alat ini juga telah berhasil dibuat Peta Geology, yang mana didalamnya digambarkan secara jelas, daerah-daerah mana yang rawan gempa, termasuk sesar-sesar yang berpotensi menghasilkan gempa. Selama ini, para ahli baru bisa menggambarkan dan menjelaskan gempa setelah bencana itu datang dan pergi meninggalkan kerusakan dan korban manusia. Para ahli belum bisa meramalkan secara persis kapan dan di mana gempa bakal terjadi. Sehingga, setiap ada gempa, tak pernah ada upacara siaga atau evakuasi warga. Goenawan Muhamad (Tempo, 2004) mengatakan, gempa sama seperti lotre dan kanker: ia tidak bisa diantisipasi, tidak bisa diketahui kapan datang, dan disini berlaku nyanyian Rod Stewart: “Some guys got all the luck, some guys got all the pain”. Sebab itu, bila tidak tahu persis kapan gempa datang, tidak boleh dibuat-buat isu, sebab akan membuat warga panik dan tidak aman secara psikologis.
Ramalan Para Ahli Geologi
Beberapa ramalan gempa yang pernah dilakukan para ahli Amerika, Rusia, Cina dan Jepang adalah dengan meneliti frekuensi kejadian gempa besar di masa lalu untuk menemukan pola yang berguna buat membaca kemungkinan gempa di masa depan. Pada saat yang sama, mereka mengkaji kecepatan dan tingkat akumulasi energi pada bebatuan akibat gerakan lempeng bumi. Upaya teoritis dibalik laboratorium ini tidak berhasil dilapangan ketika dipraktekan di daerah-daerah rawan gempa. Satu-satunya ramalan yang dinilai sukses terjadi pada pada 1975. Saat itu, berdasarkan tanda-tanda pendahuluan, pemerintah Cina berhasil memberikan peringatan kepada warganya. Hasilnya, ketika gempa berkekuatan 7,3 skala richter mengguncang Kota Haicheng di wilayah Yingkouw, jumlah kerugian dan korban bisa ditekan. Belakangan ramalan itu lebih bersifat kebetulan ketimbang hasil pengamatan yang terencana. Buktinya, setahun kemudian, gempa yang tak kalah dasyat mengguncang Tangshan di Cina bagian utara. Sebelum kejadian, pemerintah Cina dan ahli gempa Cina tak berhasil mendeteksi gejala apa pun. Evakuasi tak sempat dilakukan. Akibatnya, sekitarnya 240 ribu penduduk Tangshan terkubur reruntuhan. Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) malah pernah membuat ramalan yang menggelikan. Pada tahun 1983, lembaga itu menyatakan, gempa berkekuatan sedang bakal mengguncang wilayah Parkfield , California . Prediksi itu disusun berdasarkan enam kali gempa berkekuatan 6 skala Richter yang terjadi pada rentang waktu rata-rata 22 tahun di sana . Untuk mengurangi resiko salah ramal, USGS membuat waktu terjadinya gempa sedikit tidak pasti. Gempa, menurut pakar USGS, bakal terjadi diantara tahun 1983 dan 1993. Seperti mau pamer kepada dunia, saat itu Amerika pun mengerahkan banyak ahli untuk meneliti dan memonitor kawasan tersebut. Alat pemantau paling maju serta alat peringatan dini dipasang di seluruh pelosok Parkfield. Namun, sampai tahun 1993, gempa ternyata tak kunjung datang. Kasus Parkfield sempat mengikis keyakinan para ahli dan penentu kebijakan di Amerika. Dua pakar gempa dari University of California, Los Angeles, David Jackson dan Yan Kagan, seperti mewakili isu keraguan itu. Keduanya menolak ramalan-ramalan lama dengan menyodorkan fakta-fakta baru. Katanya, daerah-daerah di Amerika yang dinyatakan “aman” gempa malah mengalami guncangan lima kali lebih sering ketimbang daerah yang dinyatakan berbahaya. “Tak seperti badai dan letusan gunung api, gempa jauh lebih sulit diduga”, ujar Jackson .
Meramal Melalui ‘Bahasa Gempa’
Salah satu metode yang belum pernah dijangkau para ahli adalah dengan menganalisa ‘bahasa gempa’. Metode ‘bahasa gempa’ dapat diketahui dengan cara bertanya kapan dan dimana gempa itu terjadi. Bila disimak tanggal dan bulan terjadinya gempa, terutama sejak tahun 1981, pada umumnya gempa terjadi pada tanggal dan bulan yang ada angka 2 dan 6. Misalnya, gempa terjadi pada tanggal 26, tanggal 2 dan 6, bulan 2 (Februari) dan bulan 6 (Juni) dan beberapa kali gempa yang terjadi pada bulan Mei dan November. Beberapa contoh yang terdata sebagai berikut: Juni 1981, terjadi di kota Golbaf. Juni 1990, terjadi di Provinsi Gilan dan Zanjan di pesisir selatan laut Kaspia. Juni 2002, terjadi di Provinsi Qasvin dan Hamedan di Iran Barat. Mei 1997, terjadi di Iran sebelah Timur. 21 Mei 2003, di Aljazair, menewaskan 2000 orang. 01 Mei 2003, di Turki, 160 orang tewas. Februari 1997, terjadi di Iran sebelah barat laut menewaskan 1000 orang. 24 Februari 2003 di Provinsi Xinjiang Cina Barat, 260 orang tewas. 06 Februari 2004 di Nabire. 26 Januari 2001 di Gujarat . 26 Desember 2003, gempa terjadi di kota bersejarah Bam , Iran Selatan. 26 November 2004 di Nabire. 26 Desember 2004 di Banda Aceh. 26 Desember 2004, di Thailand, Srilangka, India, Birma dan kep. Laut Hindia. 26 November 2005, di Provinsi Xinjiang Cina Barat, 14 orang tewas, ratusan lain luka-luka.
‘Bertanya’ Kepada Ular
Ramalan bahasa gempa di atas sedikitnya mendekati untuk bisa mendeteksi kapan gempa akan terjadi. Tetapi penemuan berikut ini mungkin lebih jitu. Para ilmuwan di China membuat terobosan baru dalam memprediksi gejala awal gempa bumi. Caranya, dengan meneliti tingkah polah dan kebiasaan ular. Menurut informasi resmi yang dikeluarkan www.okezone.com23/1 dari sebuah kantor pemantau gempa di Nanning, sebelah selatan Provinsi Guangxi, para ahli memantau peternakan ular selama 24 jam dengan bantuan kamera via internet. Hasil riset menujukkan, ular dapat mengendus gempa bumi dengan jarak 75 mil. Bahkan, ular diklaim dapat mengetahui terjadinya gempa hingga lima hari sebelum terjadi. ”Dari semua makhluk di muka bumi, ular menjadi makhluk yang paling peka terhadap kemungkinan gempa,” ungkap Jiang Wiesong, direktur kantor pemantau gempa di Nanning. Jiang menjelaskan, saat gempa bumi akan terjadi, ular keluar dari sarangnya. Tak peduli cuaca dingin di musim salju sekalipun. ”Jika gempa bumi yang akan terjadi tergolong berskala besar, ular akan nekat menabrak dinding sarangnya demi menyelamatkan diri,” paparnya. Dia menambahkan, dengan memasang kamera di dekat sarang ular, manusia akan memiliki kemampuan dini mendeteksi gempa bumi. Ini mungkin benar. Beberapa waktu silam, sebelum Nabire dilanda gempa, pernah muncul ular phyton berukuran besar di Sanoba. Jauh sebelumnya, seekor buaya putih muncul di Samabusa. Hadirnya dua binatang langkah ini bertanda buruk bagi Nabire dan nyatanya, Nabire dilanda bencana dua kali dalam setahun. Di Manokwari sebelum Biak dihancurkan oleh Tsunami, muncul enam ekor ikan Paus dari Pasifik. Ternyata air bah itu datang dari tektonik pasifik.
Mengapa Gempa Terjadi?
Secara geology, gempa terjadi karena lempeng-lempeng dalam kerak bumi bertumbukan. Pergerakan itu dipicu oleh arus air laut dan samudra yang berlangsung selama bertahun-tahun. Tercatat terjadi empat kali lipatan dalam usia bumi yang akhirnya menghasilkan benua, pegunungan dan pulau-pulau. Oleh masyarakat awam, semua gempa diatas dihubungkan antara manusia dan Tuhan. Di Gujarat misalnya, oleh ‘lashkar-i-Toiba’, adalah hukuman Tuhan karena orang Hindu di Negara bagian itu membunuh dan menganiaya minoritas muslim, Kristen dan Sikh di India. Sedangkan gempa di Nabire dan Banda Aceh, orang katakan, gempa terjadi karena fanatisme agama berlebihan. Dikatakan, buktinya gempa di Aceh terjadi sehari setelah perayaan Natal dan gempa pertama di Nabire terjadi sehari setelah agama masuk di tanah Papua. Apakah memang benar? Secara filsafat metafisis, orang menelusuri dengan bertanya, mengapa gerak itu terjadi dan siapa sumber penyebab. Ketika itu warga Yunani bertanya kepada filsuf Sokrates; “Kita semua tahu bahwa semua gerak terjadi karena ada yang menggerakkan. Kalau begitu, siapa yang menggerakkan sehingga bumi dan planet lain bergerak mengelilingi matahari”. Sokrates diam dan hanya menjawab dengan sebuah kalimat termasyur; “ia mengerakkan karena cinta – kinei de hos eromenon”. Memahami beberapa jawaban diatas, paling tidak kita yakini bahwa bumi ini ada penciptanya, ada penguasanya yaitu Tuhan Allah. Ialah yang mencitpakan jagat raya, termasuk alam yang kita hidupi. Kalau kita bertanya, mengapa lempeng-lempeng itu bergerak bertumbukan sehingga menghasilkan gempa bumi? Jawabannya kalau ikut Sokrates, kita akan katakan, ia bergerak karena Cinta. Kalau memang karena Cinta, mengapa banyak yang korban. Tentu orang akan hubungan antara manusia dan Tuhan. Namun secara geology, gerak itu terjadi karena evolusi bumi, wajar dan pada waktunya. Seandainya “ia” menurut Sokrates itu Tuhan Allah, mengapa para kerub (malaikat-penunggu) yang ditempatkan dimana-mana itu tidak menahan ‘gerak’ itu sehingga tidak ada korban manusia dan kerugian harta benda.
Beberapa Upaya Antisipasi
Pertama, ini mungkin agak menakutkan tetapi harus. Kita sepertinya harus memelihara ular. Sebab hingga saat ini, para ahli belum menemukan alat yang bisa menentukan kapan bencana akan datang dan akan terjadi di mana. Bahasa gempa juga bisa meleset, kecuali kalau pakai rumus togel yang tidak pasti. Tetapi dengan memelihara ular, sepertinya ada bukti. Di Nabire sebelum terjadi gempa, muncul ular dan buaya. Binatang merayap ini keluar dari sarangnya dan meminta perlindungan dari manusia. Di Taiwan, ular sudah dideteksi keluar dari sarangnya sebelum gempa besar akan terjadi. Ini sekedar pengetahuan, analisa tetapi juga bisa berguna, misalnya kalau anda berani pelihara ular, ada gunanya juga untuk mawas diri. Kedua, khusus untuk tsunami, Nabi Isa dalam Lukas 21:20-24 mengajak, “…bila ada musuh, larilah ke gunung dan orang-orang dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang dalam pedusunan jangan masuk lagi kedalam kota ….”. Biasanya, Tsunami selalu didahului dengan gempa bumi, laut surut dan sumur mengering. Oleh karena itu, bila terjadi gempa, dihimbau untuk mengamankan diri ke daerah pegunungan, sebab Tsunami akan muncul setelah 4 hingga 5 jam. Masyarakat juga bila air surut secara cepat, jangan baku rampas ikan, tapi lari ke arah gunung. Ketiga, alat-alat pendeteksi gempa langsung harus diletakkan pada daerah-daerah rawan gempa seperti Aceh, Nabire, Alor, Bengukulu, pantai selatan Jawa, dan sejumlah daerah rawan gempa lainnya. Alat-alat pendeteksi dipasang dipantau setiap hari oleh petugas teknis yang berada di daerah bersangkutan, yang lalu mengirimkannya ke pusat untuk diolah dan dianalisis lebih lanjut oleh para pakar yang memang ahli di bidangnya.
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Pembicaraan:Gempa_bumi"

AWAN GEMPA

Awan gempa adalah awan yang diduga sebagai tanda akan terjadinya gempa bumi. Awan aneh ini bentuknya memanjang seperti asap yang ke luar dari pesawat.
Seorang ilmuwan India, Varahamihira (505 - 587) dalam bab 32 dari karyanya Brihat Samhita membahas beberapa tanda-tanda peringantan akan adanya gempa bumi, misalnya: kelakuan binatang-binatang yang tidak seperti biasanya, pengaruh astrologi, pergerakan bawah air tanah dan formasi awan yang aneh, yang muncul seminggu sebelum terjadinya gempa bumi.
Sejak tahun 1990, seorang pensiunan ahli kimia di Kalifornia, Zhonghao Shou, telah membuat lusinan prakiraan gempa bumi berdasarkan pola-pola awan hasil pencitraan oleh satelit. Tekanan dan gesekan dari tanah dapat menguapkan air jauh sebelum gempa bumi terjadi, pendapat Shou, dan awan yang terbentuk akibat mekanisme ini memiliki bentuk yang amat berbeda dengan awan-awan pada umumnya. Shou mengungkapkan, dari 36 awan yang diteliti, 29 terbukti menjadi awal pertanda gempa. Prediksinya yang paling terkenal adalah ketika dia mengamati awan berbentuk garis memanjang dengan ekor mengarah ke Barat Laut. 1
Sebagai teori alternatif, didukung oleh para penganut model Listrik Semesta (Electric Universe), menyatakan bahwa beberapa gempa bumi kemungkinan memiliki karakteristik listrik, termasuk di dalamnya fenomena aural, radio dan gangguan VLF (Very Low Frequency). 2
Dewasa ini sebagai prakiraan gempa bumi, umumnya para ahli lebih mempercayai hasil dari alat-alat seismologi.

PERBEDAAN TEKTONIK DAN VULKANIK

Jenis Gempa Bumi
Dari faktor-faktor penyebab terjadinya, maka gempa bumi dapat digolongkan menjadi dua. Pertama di sebut gempa "Tektonik". Gempa Tektonik terjadi karena lapisan kerak bumi yang keras menjadi genting (lunak) dan akhirnya bergerak. Teori dari "Tektonik Plate" menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan, sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan seperti salju. Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya Gempa Tektonik.
Keterangan Gambar :Gambar 1 (Paling Kiri) : Gambar bergesernya lapisan bumi, dinamakan gelombang "L"Gambar 2 (Tengah) : Gambar bergesernya lapisan bumi, dinamakan gelombang "P"Gambar 3 (Paling Kanan): Gambar bergesernya lapisan bumi, dinamakan gelombang "S"
Gempa Vulkanik jarang terjadi bila dibandingkan dengan gempa tektonik. Gempa vulkanik terjadi karena adanya letusan gunung berapi yang sangat dahsyat. Ketika gunung berapi meletus maka getaran dan goncangan letusannya bisa terasa sampai dengan sejauh 20 mil. Sejarah mencatat, di Indonesia pernah terjadi letusan gunung berapi yang sangat dahsyat pada tahun 1883 yaitu meletusnya Gunung Krakatau yang berada di Jawa barat. Letusan ini menyebabkan goncangan dan bunyi yang terdengar sampai sejauh 5000 Km. Letusan tersebut juga menyebabkan adanya gelombang pasang "Tsunami" setinggi 36 meter dilautan dan letusan ini memakan korban jiwa sekitar 36.000 orang.
Oleh karena itu, untuk mengetahui aktivitas gunung berapi, manusia dengan akalnya telah berhasil membuat alat pengukur aktivitas gunung berapi dan juga alat pengukur besarnya gempa. Ukuran gempa ini dikenal dengan sebutan Richter, sama dengan nama orang yang membuat dan mengembangkannya yaitu Charles Richter.

PERSIAPAN MENGHADAPI GEMPA BUMI

Persiapan untuk keadaan darurat
Menentukan tempat-tempat berlindung yang aman jika terjadi gempa bumi. Tempat berlindung yang aman adalah tempat yang yang dapat melindungi anda dari benda-benda yang jatuh atau mebel yang ambruk, misalnya di bawah meja.
Menyediakan air minum untuk keperluan darurat. Bekas botol air mineral dapat digunakan untuk menyimpan air minum. Kebutuhan air minum biasanya 2 sampai 3 liter sehari untuk satu orang.
Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat diisi) barang-barang yang sangat dibutuhkan di tempat pengungsian. Barang-barang yang sangat diperlukan dalam keadaan darurat misalnya:
Lampu senter berikut baterai cadangannya
Air minum
Kotak P3K berisi obat menghilangkan rasa sakit, plester, pembalut dan sebagainya
Makanan yang tahan lama seperti biskuit
Sejumlah uang tunai
Buku tabungan
Korek api
Lilin
Helm
Pakaian dalam
Barang-barang berharga yang harus dibawa di saat keadaan darurat
Mengencangkan mebel yang mudah rubuh (seperti lemari pakaian) dengan langit-langit atau dinding dengan menggunakan logam berbentuk siku atau sekrup agar tidak mudah rubuh di saat terjadi gempa bumi
Mencegah kaca jendela atau kaca lemari pakaian agar tidak pecah berantakan di saat gempa bumi dengan memilih kaca yang kalau pecah tidak berserakan dan melukai orang (Safety Glass) atau dengan menempelkan kaca film
Mencari tahu lokasi tempat evakuasi dan rumah sakit yang terdekat. Jika pemerintah setempat tidak mempunyai tempat evakuasi, pastikan anda tidak pergi ke tempat yang lebih rendah atau tempat yang dekat dengan pinggir laut/sungai untuk menghindari tsunami
Ketika Terjadi Gempa Bumi
Matikan api kompor jika anda sedang memasak. Matikan juga alat-alat elektronik yang dapat menyebabkan timbulnya api. Jika terjadi kebakaran di dapur, segera padamkan api dengan menggunakan alat pemadam api. Jika tidak mempunyai pemadam api gunakan pasir atau karung basah
Membuka pintu dan mencari jalan keluar dari rumah atau gedung
Cari informasi mengenai gempa bumi yang terjadi lewat televisi atau radio
Utamakan keselamatan terlebih dahulu, jika terjadi kerusakan pada tempat Anda berada, segeralah mengungsi ke tempat pengungsian terdekat
Tetap tenang dan tidak terburu-buru keluar dari rumah atau gedung. Tunggu sampai gempa mereda, dan sesudah agak tenang, ambil tas ransel berisi barang-barang keperluan darurat dan keluar dari rumah/gedung menuju ke lapangan sambil melindungi kepala dengan helm atau barang-barang yang dapat digunakan untuk melindungi kepala dari benturan reruntuhan.
Jika anda harus berjalan di tengah jalan raya, berhati-hatilah terhadap papan reklame yang jatuh, tiang listrik yang tiba-tiba rubuh, kabel listrik, pecahan kaca, dan benda-benda yang berjatuhan dari atas gedung
Pastikan tidak ada anggota keluarga yang tertinggal pada saat pergi ke tempat evakuasi. Jika bisa ajaklah tetangga dekat Anda untuk pergi bersama-sama
Jika gempa bumi terjadi pada saat Anda sedang menyetir kendaraan, jangan sekali-kali mengerem dengan mendadak atau menggunakan rem darurat. Kurangilah kecepatan secara bertahap dan hentikan kendaraan anda di bahu jalan. Jangan berhenti di dekat pompa bensin, di bawah kabel bertegangan tinggi, atau di bawah jembatan penyeberangan

SEJARAH GEMPA BUMI

30 September 2009, Gempa bumi Sumatra Barat merupakan gempa tektonik yang berasal dari sesar geser semangko, gempa ini berkekuatan 7,6 Skala Richter mengguncang Padang-Pariaman, Indonesia.
2 September 2009, Gempa Tektonik 7,3 Skala Richter mengguncang Tasikmalaya, Indonesia. Gempa ini terasa hingga Jakarta dan Bali, berpotensi tsunami. Korban jiwa masih belum diketahui jumlah pastinya karena terjadi Tanah longsor sehingga pengevakuasian warga terhambat.

Kerusakan akibat gempa bumi di San Francisco pada tahun 1906

Sebagian jalan layang yang runtuh akibat gempa bumi Loma Prieta pada tahun 1989
12 September 2007 - Gempa Bengkulu dengan kekuatan gempa 7,9 Skala Richter
9 Agustus 2007 - Gempa bumi 7,5 Skala Richter
6 Maret 2007 - Gempa bumi tektonik mengguncang provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Laporan terakhir menyatakan 79 orang tewas [3].
27 Mei 2006 - Gempa bumi tektonik kuat yang mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 kurang lebih pukul 05.55 WIB selama 57 detik. Gempa bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada skala Richter. United States Geological Survey melaporkan 6,2 pada skala Richter; lebih dari 6.000 orang tewas, dan lebih dari 300.000 keluarga kehilangan tempat tinggal.
8 Oktober 2005 - Gempa bumi besar berkekuatan 7,6 skala Richter di Asia Selatan, berpusat di Kashmir, Pakistan; lebih dari 1.500 orang tewas.
26 Desember 2004 - Gempa bumi dahsyat berkekuatan 9,0 skala Richter mengguncang Aceh dan Sumatera Utara sekaligus menimbulkan gelombang tsunami di samudera Hindia.
26 Desember 2003 - Gempa bumi kuat di Bam, barat daya Iran berukuran 6.5 pada skala Richter dan menyebabkan lebih dari 41.000 orang tewas.
21 Mei 2002 - Di utara Afganistan, berukuran 5,8 pada skala Richter dan menyebabkan lebih dari 1.000 orang tewas.
26 Januari 2001 - India, berukuran 7,9 pada skala Richter dan menewaskan 2.500 ada juga yang mengatakan jumlah korban mencapai 13.000 orang.
21 September 1999 - Taiwan, berukuran 7,6 pada skala Richter, menyebabkan 2.400 korban tewas.
17 Agustus 1999 - barat Turki, berukuran 7,4 pada skala Richter dan merenggut 17.000 nyawa.
25 Januari 1999 - Barat Colombia, pada magnitudo 6 dan merenggut 1.171 nyawa.
30 Mei 1998 - Di utara Afganistan dan Tajikistan dengan ukuran 6,9 pada skala Richter menyebabkan sekitar 5.000 orang tewas.
17 Januari 1995 - Di Kobe, Jepang dengan ukuran 7,2 skala Richter dan merenggut 6.000 nyawa.
30 September 1993 - Di Latur, India dengan ukuran 6,0 pada skala Richter dan menewaskan 1.000 orang.
12 Desember 1992 - Di Flores, Indonesia berukuran 7,9 pada skala richter dan menewaskan 2.500 orang.
21 Juni 1990 - Di barat laut Iran, berukuran 7,3 pada skala Richter, merengut 50.000 nyawa.
7 Desember 1988 - Barat laut Armenia, berukuran 6,9 pada skala Richter dan menyebabkan 25.000 kematian.
19 September 1985 - Di Mexico Tengah dan berukuran 8,1 pada Skala Richter, meragut lebih dari 9.500 nyawa.
16 September 1978 - Di timur laut Iran, berukuran 7,7 pada skala Richter dan menyebabkan 25.000 kematian.
4 Maret 1977 - Vrancea, timur Rumania, dengan besar 7,4 SR, menelan sekitar 1.570 korban jiwa, diantaranya seorang aktor Rumania Toma Caragiu, juga menghancurkan sebagian besar dari ibu kota Rumania, Bukares (Bucureşti).
28 Juli 1976 - Tangshan, Cina, berukuran 7,8 pada skala Richter dan menyebabkan 240.000 orang terbunuh.
4 Februari 1976 - Di Guatemala, berukuran 7,5 pada skala Richter dan menyebabkan 22.778 terbunuh.
29 Februari 1960 - Di barat daya pesisir pantai Atlantik di Maghribi pada ukuran 5,7 skala Richter, menyebabkan kira-kira 12.000 kematian dan memusnahkan seluruh kota Agadir.
26 Desember 1939 - Wilayah Erzincan, Turki pada ukuran 7,9, dan menyebabkan 33.000 orang tewas.
24 Januari 1939 - Di Chillan, Chile dengan ukuran 8,3 pada skala Richter, 28.000 kematian.
31 Mei 1935 - Di Quetta, India pada ukuran 7,5 skala Richter dan menewaskan 50.000 orang.
1 September 1923 - Di Yokohama, Jepang pada ukuran 8,3 skala Richter dan merenggut sedikitnya 140.000 nyawa

PENYEBAB GEMPA BUMI

Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itu lah gempa bumi akan terjadi.
Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.
Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa bumi (jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam bumi (contoh. pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi